Minggu, 26 Juli 2009

“MU GAGAL KE INDONESIA, SEBUAH PENYELAMATAN NASIONALISME”

“Ngapain juga sih MU ke Indonesia, udah jelas Tim Indonesia akan kalah….,” itulah potongan gerundelan dalam hati saya saat mendengar berita-berita yang kian santer tentang kedatangan MU ke Indonesia. Kedatangan MU tentu bukan sekedar untuk bertanding. Ini jelas sudah masuk pada kepentingan industri sepakbola!! Dengan kata lain kedatangan MU adalah marketing pemasaran MU di Asia.

Sehari kemudian Jum’at 17 Juli 2009 pkl.08.00 lewat, tiba-tiba saya mendengar berita televise melalui kantor tentang bom yang meledak di hotel Ritz Carlton dan JW Marriot. 2 Hal yang langsung terlintas dalam pikiran saya saat itu, pertama betapa menyeramkannya kejadian bom itu seperti tragedi BOM Bali, yang pernah saya alami beberapa tahun lalu saat di Bali. Kemudian, kedua terancamnya kedatangan MU ke Indonesia.

Bukan berarti saya mensyukuri terjadinya tragedi bom tersebut, berduka dan mengutuk pemboman di hotel bintang 5 itu pasti saya juga rasakan. Tetapi, dalam kaca mata yang berbeda, saya cukup bersyukur MU tak harus jadi berkunjung ke Indonesia dan melawan kesebelasan tim Sepakbola Indonesia.

Bagi saya pertandingan tim Indonesia dan MU, tak ubahnya pertunjukan hiburan belaka saja. Bukan pesimis tim Sepakbola Indonesia tidak akan menang, akan tetapi melihat realita dari kekuatan dan strategi dari 2 belah pihak tim jelas tim Indonesia jauh dibawah MU.
Euphoria masyarakat terhadap kompetisi ini bisa dilihat juga lebih pada antusiasme mereka pada MU. Bukan pada pertandingan atau kecintaan sepakbola Indonesia.

Minimnya pertandingan sepakbola Indonesia yang menarik, bebas dari ulah bonek ditambah sangat jarang kedatangan tim-tim asing ke Indonesia menyebabkan masyarakat haus terhadap hiburan Sepakbola yang menarik. Kondisi tersebut menjadi sasaran empuk bagi tim manajemen MU untuk promosi dan marketing bagi tim The Red Devils ini.
Sangat disayangkan sebenarnya, kehormatan Tim Sepakbola Indonesia cuma sekedar dijadikan bagian penghias dalam proyek marketisasi MU ini. Manalagi Agum Gumelar sebagai orang penting di PSSI justru mendukung besar-besaran kedatangan MU ke Indonesia.

Tak ayal lagi ini ibaratkan menjual kehormatan Indonesia kepada bangsa asing. Kalaupun alasannya untuk menjajal dan mengukur kemampuan kekuatan tim Indonesia, maka pilih saja lawan bertanding yang tepat. Artinya, dari sisi kekuatan dan level sejajar atau sedikit di atas Indonesia. Pertandingan tim Indonesia melawan tim MU bagaikan bumi dan langit.

Disinilah tampak wajah sebenarnya rasa nasionalisme rakyat bangsa ini. Dengan mudahnya orang-orang penting bangsa ini, mulai dari pemerintah, media dan pebisnis menjual kehormatan bangsa ini untuk uang. Bila pemimpinnya saja bertindak demikian, maka rakyat pun mengekor.

Nasionalisme dalam sepakbola tidak sekedar membela mati-matian Tim Indonesia saat berlaga di Piala Asia atau Asean Games melawan Negara lain. Akan tetapi juga, menjaga kehormatan Tim Sepakbola dari pertandingan yang seperti sirkus untuk anak-anak. Karena Tim sepakbola Indonesia perlambang dari Merah Putih ini. Bangkit Merah Putih!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar